Suatu ketika saya pernah bertanya kepada seorang petani tentang hasil panen padi mereka ...."Pak gimana hasil panen padi bapak untuk musim tanam tahun ini, seraya Bapak tersebut menjawab " Yah lumayan tidak beli beras setahun....".
Saya berpikir kalo cuma bisa buat tidak beli beras setahun bagaimana dengan lauk, sayur, minyak goreng, gas, baju dan biaya sekolah anak2, biaya ini dan itu yg kalo kita tuliskan akan sangat panjaaaang.
Jawaban bapak petani diatas tentu kita harapan bukanlah menjadi jawaban mayoritas petani di Indonesia, tentu ada cara agar para petani dengan segala keterbatasan mereka untuk maju sehingga memiliki keberdayaan yang kuat dalam memenuhi segala kebutuhan hidup mereka, bukan hanya untuk kecukupan beras setahun sahaja. Mewujudkan kemakmuran bagi petani tentu tidaklah mudah karena ini juga mencakup berbagai aspek termasuk kebijakan dan Political Will pemerintah yang berkepentingan terhadap perkara strategis ini yaitu ketersediaan pangan yang cukup dan swasembada di Indonesia, tentu tanpa meninggalkan aspek kemakmuran para pelaku usaha yaitu bapakdani ibu tani kita. Membangun petani berjiwa agribisnis menjadi keharusan untuk mencapai hasil yang lebih baik, Malaysia telah mancanangkan ini sejak lama dengan motto mereka "Pertanian adalah Perniagaan" (http://www.youtube.com/watch?v=vGYP3RGCIr4) yang memotivasi kaum muda mereka untuk terjun dan bergelut dengan dunia pertanian sebagai BISNIS yang memiliki nilai jual sama dengan bisnis dibidang lainnya.
Jawaban bapak petani diatas tentu kita harapan bukanlah menjadi jawaban mayoritas petani di Indonesia, tentu ada cara agar para petani dengan segala keterbatasan mereka untuk maju sehingga memiliki keberdayaan yang kuat dalam memenuhi segala kebutuhan hidup mereka, bukan hanya untuk kecukupan beras setahun sahaja. Mewujudkan kemakmuran bagi petani tentu tidaklah mudah karena ini juga mencakup berbagai aspek termasuk kebijakan dan Political Will pemerintah yang berkepentingan terhadap perkara strategis ini yaitu ketersediaan pangan yang cukup dan swasembada di Indonesia, tentu tanpa meninggalkan aspek kemakmuran para pelaku usaha yaitu bapakdani ibu tani kita. Membangun petani berjiwa agribisnis menjadi keharusan untuk mencapai hasil yang lebih baik, Malaysia telah mancanangkan ini sejak lama dengan motto mereka "Pertanian adalah Perniagaan" (http://www.youtube.com/watch?v=vGYP3RGCIr4) yang memotivasi kaum muda mereka untuk terjun dan bergelut dengan dunia pertanian sebagai BISNIS yang memiliki nilai jual sama dengan bisnis dibidang lainnya.
Berikut sebuah tulisan oleh Drs.H. Sudradjat Laksana,M.Ikom tentang MODEL DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERTANIAN AGRIBISNIS yang setidaknya memberikan sebuah alternatif pemikiran dalam upaya membangun pertanian berbasis agribisnis.
MODEL DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERTANIAN AGRIBISNIS
Dalam
arti yang sempit pertanian adalah usaha atau kegiatan bercocok tanam.
Sedangkan dalam arti luas pertanian adalah segala kegiatan manusia yang
meliputi kegiatan bercocok tanam, perikanan, peternakan dan kehutanan.
cocok tanam perikanan
Terkait dengan pertanian, maka dikenal istilah petani (farmer) dan usaha tani (farming).
Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani,
sebagai contoh “petani tembakau” atau “petani ikan”. Usaha Tani
(farming) adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budi daya
(tumbuhan maupun hewan). Cakupan obyek pertanian yang dianut di
Indonesia meliputi budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan,
hortikultura, dan perkebunan), kehutanan, peternakan, dan perikanan.
Ruang Lingkup Pertanian
Ada beberapa jenis pertanian berdasarkan perkembangannya yaitu:
- Pertanian ekstraktif, yaitu pertanian yang dilakukan dengan hanya mengambil atau mengumpulkan hasil alam tanpa upaya reproduksi. Pertanian semacam ini meliputi sektor perikanan dan ekstraksi hasil hutan.
- Pertanian generatif yaitu corak pertanian yang memerlukan usaha
pembibitan atau pembenihan, pengolahan, pemeliharaan dan tindakan
agronomis lainnya. Berdasarkan tahapan perkembangannya pertanian
generatif dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
- Perladangan berpindah (shifting cultivation),
- Pertanian menetap (settled agricultured)
Pertanian Sebagai Kegiatan Ekonomi
Sebagai kegiatan ekonomi, pertanian dapat dipandang sebagai suatu sistem yang dinamakan agribisnis. Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau
bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir.
Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa
agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain).
Dalam kerangka berpikir sistem ini, pengelolaan tempat usaha
pembibitan,penyediaan input produksi,dan sarana produksi, biasa
diistilahkan sebagai aspek “hulu”. Sementara kegiatan pasca panen
seperti ; distribusi, pengolahan, dan pemasaran dimasukkan dalam aspek
“hilir”. Sedangkan Budidaya dan pengumpulan hasil merupakan bagian dari
aspek proses produksi.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi
usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis
mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Agribisnis itu
adalah suatu sistem yang utuh mulai sub-sistem penyediaan sarana
produksi dan peralatan pertanian; sub-sistem usahatani; sub-sistem
pengolahan atau agroindustri dan sub-sistem pemasaran. Agar sub-sistem
ini bekerja dengan baik maka diperlukan dukungan sub-sistem kelembagaan
sarana dan prasarana serta sub-sistem penunjang dan pembinaan.
Agribisnis sebagai suatu sistem
Agribisnis
sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur yang
secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu
totalitas. Disini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari
berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan
interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
- Subsistem Penyediaan Sarana Produksi
Sub
sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan
dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari
sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana
produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat
jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
- Subsistem Usahatani atau proses produksi
Sub
sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam
rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam
kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi,
dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini
ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable (lestari),
artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara
intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya
alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang
berbentuk komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi
primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar
dalam artian ekonomi terbuka
- Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup
kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat
petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan
pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan
dengan maksud untuk menambah value added (nilai tambah) dari produksi
primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan,
pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan
mutu.
- Subsistem Pemasaran
Sub
sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan
agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama
subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan
market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.
- Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi:
- Sarana Tataniaga
- Perbankan/perkreditan
- Penyuluhan Agribisnis
- Kelompok tani
- Infrastruktur agribisnis
- Koperasi Agribisnis
- BUMN
- Swasta
- Penelitian dan Pengembangan
- Pendidikan dan Pelatihan
- Transportasi
- Kebijakan Pemerintah
Strategi Pengembangan Agribisnis
Ada beberapa aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan kegiatan agribisnis diantaranya :
- Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis.
Yang
sering kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan
(Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor.
Dipihak lain, peningkatan produksi pertanian tidak diikuti oleh
perkembangan industri pengolahan ( Membangun industri berbasis
sumberdaya domestik/lokal). Sehingga perlu pengembangan Agribisnis
Vertikal.
- Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas keunggulan komparatif
Dalam
arti bahwa membangun daya saing produk agribisnis melalui transformasi
keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, yaitu dengan cara:
- Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia) dan pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman industri pengolahan ke lebih hilir dan membangun jaringan pemasaran secara internasional, sehingga pada tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem agribisnis didominasi oleh produk-produk lanjutan atau bersifat capital and skill labor intensive.
- Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi. Dengan demikian produk utama dari sistem agribisnis pada tahap ini merupakan produk bersifat Technology intensive and knowledge based.
- Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini hanya pada peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan permintaan pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen secara efisien..
3.Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan harmonis.
Untuk
menggerakkan Sistem agribisnis perlu dukungan semua pihak yang
berkaitan dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari Petani,
Koperasi, BUMN dan swasta serta perlu seorang Dirigent yang
mengkoordinasi keharmonisan Sistem Agribisnis.
4.Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector.
Agroindustri
adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun
tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan
langsung mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai
bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran
dan perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan
keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan
bahan baku(input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia,
bahan kemasan, dll. Dalam mengembangkan agroindustri, tidak akan
berhasil tanpa didukung oleh agroindustri penunjang lain seperti
industri pupuk, industri pestisida, industri bibit/benih, industri
pengadaan alat-alat produksi pertanian dan pengolahan agroindustri
seperti industri mesin perontok dan industri mesin pengolah lain.
5.Membangun Sistem agribisnis melaluiIndustri Perbenihan
Industri
Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut
produk agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk
agribisnis seperti atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan
atribut nilai (ukuran, penampakan, rasa, aroma dan sebagainya) serta
atribut keamanan dari produk bahan pangan seperti kandungan logam berat,
residu pestisida, kandungan racun juga ditentukan pada industri
perbenihan. Oleh karena itu Pemda perlu mengembangkan usaha perbenihan
(benih komersial) berdasar komoditas unggulan masing-masing daerah, yang
selanjutnya dapat dikembangkan menjadi industri perbenihan modern.
6.Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis.
Perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani atau perusahaan agro-otomotif itu sendiri.
7.Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.
Pada
waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem
Networking baik vertikal (dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama
perusahaan pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan
pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi adalah perusahaan
terpusat pada satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena
perusahaan-perusahaan pupuk harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan
bisnis intinya dan bersaing satu sama lain dalam mengembangkan
usahanya. Sehingga terjadi harmonisasi integrasi dalam sistem
agribisnis. Serta perlu dikembangkan pupuk majemuk, bukan pupuk tunggal
yang selama ini dikembangkan.
8.Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis.
Koperasi
perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya terutama
menjadi koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya sebagai
koperasi agribisnis. Untuk memperoleh citra positif layaknya sebuah
koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri
atau Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai dari hulu
sampai ke hilir.
9.Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi agribisnis.
Dalam
membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi,
dan informasi pengolahan serta informasi pasar.
10.Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah
Pembangunan
Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan industri berbasis
Sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan terjadi di setiap
daerah.
11.Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah.
Untuk
membangun agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga
pembiayaan memegang peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari
perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya agribisnis daerah.
Selama ini yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan
pada agribisnis daerah, khususnya pada on farm agribisnis.
12.Pengembangan strategi pemasaran
Pengembangan
strategi pemasaran menjadi sangat penting peranannya terutama
menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami
perubahan, keadaan pasar heterogen. Dari hal tersebut, sekarang sudah
mulai mengubah paradigma pemasaran menjadi menjual apa yang diinginkan
oleh pasar (konsumen).
13.Pengembangan sumberdaya agribisnis.
Dalam
pengembangan sektor agribisnis agar dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis,
khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta pembangunan
kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM) Agribisnis sebagai aktor pengembangan
agribisnis.
14.Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis.
Perlu
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis komoditas
unggulan yang didasarkan pada peta perkembangan komoditas agribisnis,
potensi perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi.
15.Pengembangan Infrastruktur Agribisnis.
Dalam
pengembangan pusat pertumbuhan Agribisnis, perlu dukungan pengembangan
Infrastruktur seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, darat,
sungai dan udara), jaringan listrik, air, pelabuhan domestik dan
pelabuhan ekspor dan lain-lain.
16.Kebijaksanaan terpadu pengembangan
Ada beberapa bentuk kebijaksanaan terpadu dalam pengembangan agribisnis.
a. Kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat perusahaan.
b. Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan usaha sejenis.
c. Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnis yang mengatur keterkaitan antara beberapa sektor.
d. Kebijaksanaan
ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan perekonomian yang
berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap agribisnis.
17.Pengembangan agribisnis berskala kecil.
Ada 3 kebijaksanaan yang harus dilakukan adalah:
a. Farming Reorganization
Reorganisasi
jenis kegiatan usaha yang produktif dan diversifikasi usaha yang
menyertakan komoditas yang bernilai tinggi serta reorganisasi manajemen
usahatani. Dalam hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan yang
rata-rata kepemilikan hanya 0,1 Ha.
b. Small-scale Industrial Modernization
Modernisasi teknologi, modernisasi sistem, organisasi dan manajemen, serta modernisasi dalam pola hubungan dan orientasi pasar.
c. Services Rasionalization
Pengembangan
layanan agribisnis dengan rasionalisasi lembaga penunjang kegiatan
agribisnis untuk menuju pada efisiensi dan daya saing lembaga tersebut.
Terutama adalah lembaga keuangan pedesaan, lembaga litbang khususnya
penyuluhan.
18.Pembinaan Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan agribisnis dan ekonomi
Dalam
era Agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan aktor pendukung
pembangunan agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan aspek bisnis,
manajerial dan berorganisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan
agribisnis. Dalam hal ini perlu reorientasi peran penyuluhan pertanian
yang merupakan lembaga pembinaan SDM petani. Oleh karena itu perlu
peningkatan pendidikan penyuluh baik melalui pendidikan formal, kursus
singkat, studi banding. Serta perlu perubahan fungsi BPP yang selama ini
sebagai lembaga penyuluhan agro-teknis, menjadi KLINIK KONSULTASI AGRIBISNIS
Referensi Bacaan :
Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Artikel online dari http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/business-economy/1854032-agribisnis-teori-dan-aplikasinya-agribusiness/#ixzz1f1WmTS1w.
R.Hermawan, SP,MP.Membangun Sistem Agribisnis. Artikel online. Makalah Seminar Mahasiswa.tgl.20 Desember 2006. Faperta UGM Yogyakarta.
Wikipedia.com.Pengertian Agribisnis.
[1] Mantan Kepala Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kab.Cianjur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar