BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Penggunaan model tanam jejer legowo
saat ini sudah banyak diterapkan oleh petani. Para petani di wilayah kecamatan Binuang mengenal model tanam ini dengan
sebutan tanam pakai gang dan tanam pakai blek. Menurut Sekretariat Badan
Koordinas Penyuluh, (2012) tanam jejer legowo adalah pengaturan jarak tanam
padi dengan pola berselang-seling dengan mengosongkan satu baris. Umumnya yang
digunakan adalah model jejer legowo 2:1, 3:1 dan 4:1. BPTP lampung (2013)
menambahkan pada jejer legowo juga dapat diterapkan model 4:1 dan 5:1.
Kelebihan penerapan tanam model
jejer legowo dibandingkan dengan tananm tegel yaitu: 1) rumpun tanaman yang
berada dipinggir lebih banyak, 2)terdapat ruang kosong sebagai tempat
pengaturan air dan saluran pengendalian keong mas, 3)pengendalian hama penyakit
dan gulma lebih mudah, 4)pada tahap awal areal pertanaman lebih terang sehingga
kurang disukai tikus, 5) pengunaan pupuk lebih berdaya guna.
Pola yang utuh sebenarnya adalah
dengan menyisipkan tanaman pada baris yang dikosongkan kebaris yang di
sebelahnya. Manfaat dari penyisipan ini adalah
seolah-olah tanaman berada pada barisan pinggir pematang dan rumpun
tanaman menjadi lebih banyak.
Berbeda dengan teorinya, penerapan
dilapangan oleh petani yang menerapkan model tanam jejer legowo sangat jarang
membuat sisipan. Dari beberapa kesempatan berdiskusi dengan petani hal
disebabkan beberapa masalah, diantaranya sebagai berikut: 1) petani belum
banyak mengetahui bahwa pada model tanam jejer legowo untuk memperbanyak rumpun
tanaman harus ada sisipan, 2) ada anggapan bahwa dengan atau tanpa sisipan
produksinya sama, 3) pola jejer legowo yang digunakan masih beragam, misal
; 7:1, 8:1 ataupun 10:1.
Bersadarkan pada permasalahan di
atas maka Balai Penyuluhan (BP) Binuang
melaksanakan demonstrasi kaji terap dilahan sawah percontohan BP Binuang. Kaji
Terap ini dilaksnakan dengan menitikberatkan pada model tanam jejer legowo 5:1.
Dan membandingkan produksi antara jejer legowo 5:1 dengan sisipan dan , jejer
legowo tanpa sisipan dan tanam menggunkan sistim tegel. Semua model tanam ini
dilakukan pada satu areal dan waktu yang
sama. Varietas padi yang digunakan adalah IR 64.
A. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai
dari kegiatan kaji terap ini adalah:
a. Memberikan informasi
kepada petani cara sederhana dan mudah dilaksanakan, namun dapat memberikan
keuntungan yang lebih baik lagi.
b. Agar petani mau dan mampu
menerapkan tanam model jejer legowo
c. Menunjukan hasil yang
lebih baik kepada pelaku utama melalui tanam model jejer legowo.
d. Media belajar secara
langsung bagi penyuluh lingkup Balai Penyuluhan Binuang tentang budidaya padi
dengan menerapkan tanam model jejer legowo 5:1
BAB II
WAKTU DAN LOKASI DEMONSTRASI KAJI TERAP
Demonsttrasi kaji terap dilaksanakan di lahan percobaan Balai Penyuluhan
Binuang, Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin. Lama pelaksanaan adalah satu musim
tanam, MT II 2013.
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan adalah benih padi varietas IR 64,
pupuk NPK pelangi, insektisida dan
herbisida.
Alat yang digunakan seperangkat alat pertanian,
seperti; cangkul, sabit, tali, meteran,
timbangan dan alat tulis.
3.2. METODE
Semaian padi yang telah berumur 19 hari ditanam dengan 3
model tanam dilahan sawah yang sudah siap tanam. Model tanam yang digunakan
adalah:
1. Tanam jejer legowo 5:1
dengan sisipan (50x(25x12,5)
2. Tanam jejer legowo 5:1
tanpa sisipan (50(25x25)
3. Tanam tegel (25x25)
3.3.
PELAKSANAAN KAJI TERAP
No
|
Kegiatan
|
Tanggal Pelaksanaan
|
1
|
Pengolaha
Tanah I
|
10 Februari
2013
|
2
|
Pengolahan
Tanah II + Pemberian Pupuk Organik
|
24 Februari
2013
|
3
|
Semai
|
1 Maret 2013
|
4
|
Tanam
|
20 Maret 2013
|
5
|
Pemupukan
|
2 April 2013
(hanya 1x Pemupukan, dosis NPK 300 kg/Ha)
|
6
|
Panen/Ubinan
|
13 Juni 2013
|
3.4.
PENGAMATAN
Hasil akhir yang diamati adalah,
hasil ubinan dari ketiga model tanam yang diterapkan.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Hasil ubinan yang dilakukan pada ke-tiga model
tanam yang diterapkan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil ubinan demonstrasi kaji terap
berdasarkan model tanam.
No
|
Model Tanam
|
Hasil Ubinan (Kg)
|
1
|
Jejer legowo dengan sisipan (JLDS)
|
3,7(2)
|
2
|
Jejer legowo tanpa sisipan (JLTS)
|
4,3(1)
|
3
|
Tanam Tegel (TT)
|
3,3(3)
|
Hasil ubinan menunjukan
bahwa hasil JLTS lebihtinggi dibandingkan dengan hasil JLDS
dan tegel. Perbedaan hasil ini
dikarenakan, berdasarkan hasil pengamatan dilapangan kaji terap bahwa JLDS memiliki jumlah anakan yang sedikit dan malai
yang lebih kecil dibandingkan dengan JLTS.
Selain itu karena jarak tanam JLDS (50(25x12,5)bisa menjadi terlalu
rapat sehingga terjadi persaingan
mendapatkan unsur hara tanaman.
Hasil
lainnya adalah bahwa tanam dengan Jejer legowo baik JLDS ataupun JLTS lebih tinggi hasilnya dibandingkan dengan
tanam tegel, hal ini sesuai dengan prinsif dan tujuan dari tanam jejer legowo. Menurut (BBPADI, 2009) Selain
itu, tanaman yang berada di pinggir diharapkan memberikan produksi yang lebih
tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik, mengingat pada sistem tanam jajar
legowo terdapat ruang terbuka seluas 25-50%, sehingga tanaman dapat menerima
sinar matahari secara optimal yang berguna dalam proses fotosintesis.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari demonstrasi kaji
terap ini adalah:
1. Tanam model jejer legowo
tanpa sisipan produksinya lebih tinggi dibandingkan dengan tanam model jejer
legowo dengan sisipan
2. Tanam model jejer legowo
dengan sisipan dan jejer legowo tanpa sisipan produksinya lebih tinggi
dibandingkan dengan tanam tegel
5.2. SARAN
Selain tanam model jejer legowo dengan
jarak tanam yang lebih lebar perlu juga dilakukan kaji terap dengan model SRI.
Dokumentasi Kegiatan
1 HST
1 MST
3 MST
BUNTING
SIAP PANEN
PEERONTOKAN SAMPEL UBINAN
PENIMBANGAN SAMPEL UBINAN
Cat : Insya Allah utk Kaji Terap Tahun 2014 akan mencoba metode SRI (System Rice Intensification)
Masukan hasil kaji terap, hasil Demplot tahun berikutnya
BalasHapusInfonya sangat bermanfaat
BalasHapusInfonya sangat bermanfaat
BalasHapus