Pesan-Pesan

Rabu, 06 November 2013

Cyber Extension ala Japan ...

  


SISTIM PENYULUHAN DI JEPANG:- Konsep, Peran dan Perkembangan Penyuluhan Pertanian dan Pedesaan-
 ...
Perkembangan Penyuluhan Pertanian
Sejak konsep dan kelembagaan penyuluhan pertanian secara formal dikenal dalam
sistim administrasi dan perundangan di Jepang mulai tahun 1948, organisasi dan aktivitas
penyuluhan pertanian dan pedesaan telah mengalami perubahan dan perkembangan
mendasarkan dan menyesuaikan pada perubahan lingkungan pertanian dan taraf
perkembangan petani dan masyarakat pedesaan.
Perubahan dan perkembangan penyuluhan pertanian di Jepang oleh Sugino (2003)
dapat dipilah dalam tiga periode yaitu: (1) periode akhir 1940 sampai dengan awal 1960, (2)
periode 1960 sampai dengan awal 1980 dan (3) periode sejak pertengahan 1980. Perubahan
dan perkembangan penyuluhan pertanian pada masing-masing periode tersebut secara
ringkas diuraikan pada bagian berikut.
Periode akhir 1940 sampai dengan awal 1960, penyuluhan pertanian difokuskan
sebagai upaya untuk meningkatkan produksi komoditas pertanian utama serta mengenalkan
komoditas baru seperti palawija dan budidaya peternakan. Unit kegiatan penyuluhan relatif
kecil yaitu desa (village basis) dimana kegiatan penyuluhan di seluruh Jepang dilayani oleh
1.632 unit pusat penyuluhan (1955).
Periode 1960 sampai dengan awal 1980, pada periode ini ditandai dengan
peningkatan rata-rata umur petani namun jumlah rumah tangga petani dan core farmers
mengalami penurunan yang disebabkan proses industrialisasi. Produksi komoditas utama
pertanian mengalami surplus. Tema utama penyuluhan pertanian pada periode ini adalah
rekonstruksi pertanian daerah, meningkatkan jumlah core farmer dan menurunkan biaya
produksi. Unit penyuluhan pertanian menjadi lebih besar yaitu propinsi (perfectural basis).
Jumlah pusat penyuluhan mengalami penurunan menjadi 600 unit.
Periode sejak pertengahan 1980, pada periode ini ditandai dengan permasalahan
pertanian yang semakin rumit. Isu yang dianggap sangat penting adalah international
competitiveness. Gejala yang semakin nampak adalah jumlah core farmers yang berusia tua
semakin meningkat dan jumlah lahan pertanian yang terlantar semakin meningkat. Isu
tentang kerusakan daerah pegunungan dan dataran tinggi serta pertanian berkelanjutan
menjadi tema penting bagi kebijakan pertanian Jepang. Penyuluhan dan petugas
penyuluhan pertanian mendapat tantangan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Pada
sisi yang lain, reformasi administrasi dan desentralisasi kewenangan telah menyebabkan
jumlah pusat penyuluhan pertanian dan petugas penyuluhan mengalami penurunan.

Secara struktural-organisatoris, keberadaan lingkup peran lembaga penyuluhan di
tingkat nasional juga mengalami perubahan. Pada tahun 1990-an, kegiatan penyuluhan di
Departemen Pertanian dikelola oleh Agricultural Production Bureau yang secara langsung
ditangani oleh Extension and Education Division serta Divisi Home-life Improvement. Pada
saat ini, (kondisi awal tahun 2008), kebijakan dan kegiatan penyuluhan di tingkat nasional
ditangani oleh Division of Agricultural Extension Service, Women and Youth Affirs yang ada
dibawah koordinasi Management Improvement Bureau.
Permasalahan kontemporer serta kebijakan baru terkait dengan penyuluhan
pertanian di Jepang antara lain terkait dengan reformasi organisasi, peningkatan kualitas
sumberdaya penyuluhan dan peningkatan teknik dan metoda penyuluhan serta perimbangan
pembiayaan penyuluhan.
Cyber Extension dan Propsek Penyuluhan
Seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya petani dan pelaku pertanian serta
kemajuan tekonologi informasi dan komunikasi serta pertimbangan efektivitas dan efisiensi
penyebarluasan informasi, salah satu solusi yang ditawarkan dalam rangka mengatasi
persoalan transfer teknologi dan pengetahuan pertanian di Jepang adalah pemanfaatan
information and communication technologies (ICTs). Sharma (2006) memberikan istilah
tentang pemanfaatan ICTs untuk penyuluhan pertanian dengan sebutan “cyber extension”.
Cyber extension merupakan penggunaan jaringan on-line, computer dan digital
interactive multimedia untuk memfasilitasi diseminasi teknologi pertanian. Model ini
dipandang sangat strategis karena mampu meningkatkan akses informasi bagi petani,
petugas penyuluh, peneliti baik di lembaga penelitian maupun di universitas serta para
manajer penyuluhan.

Salah satu model cyber extension yang telah dikembangkan di Jepang dengan
cukup pesat adalah computer network system yang dikenal dengan Extension Information
Network (EI-net). Sistim EI-net merupakan sistim yang terintegrasi yang menggabungkan
berbagai stakeholders seperti pemerintah pusat, propinsi, lembaga penelitian, perusahaaan
pertanian, pasar, penyuluh dan petani.
Yamada (1998) menginformasikan bahwa pemanfaatan computer network system
skala nasional dalam bidang penyuluhan pertanian telah dilakukan sejak tahun 1988 dengan
permulaan pembangunan dan pemanfaatan 69 terminal di seluruh Jepang. Jaringan tersebut
utamanya mencakup lembar buletin pertanian dan sistim email yang difokuskan untuk
mempercepat laju pertukaran informasi antar pusat penyuluhan dan petugas penyuluh
pertanian. Jumlah terminal terus meningkat dan sistim jaringan juga berkembangan dari
tahun ke tahun.

Pada sistim EI-net, dikembangkan sistim database dan sistim komunikasi melalui
e-mail. Database tersebut antara lain mencakup berita pertanian, informasi pasar serta
informasi cuaca. Pemerintah pusat menyediadakan data statistik hasil penelitian, dll,
Perusahaan swasta pertanian menyediakan informasi terkait dengan pupuk, pestisida, mesin
dan peralatan pertanian, dll, Pusat penyuluhan pertanian menyediakan database yang
mereka miliki untuk ditawarkan kepada penyuluh pertanian. Database tersebut
dimanfaatkan secara on-line dan dapat diakses berulang-ulang sehingga memungkinkan
membantu menyelesaikan persoalan individu yang mengakses. Data yang telah
terakumulasi selanjutnya disimpan dalam host computer. EI-net juga menawarkan fasilitas
fax yang memungkinkan pengiriman dan pemanfaatan dokumen yang berupa image.
Pengguna EI-net tidak hanya staf penyuluhan seperti penyuluh pertanian dan penyuluh
home life serta subject-matter specialists, namun dapat juga diakses oleh petani/individu
pengguna. Secara skematis.

Pengembangan sistim EI-net telah memberi manfaat yang cukup berarti baik bagi
petugas penyuluh maupun petani dan penggunanya. Secara umum, keuntungan dan manfaat
implementasi EI-net bagi petugas penyuluhan pertanian antara lain: (1) pengumpulan
informasi yang cepat, (2) mengetahui kondisi terkini pertanian, (3) sarana komunikasi dan
pertukaran informasi sesama penyuluh di seluruh Jepang, (4) dapat memilah dan memilih
infomasi yang diperlukan dari database yang ada, (5) mengumpulkan data teknis pertanian
yang selalu terbaharui, (6) dapat menggnakan free software, (7) mengumpulkan data cuaca,
(8) dapat menyebarluaskan informasi kepada banyak petani atau pengguna secara serentak,
(9) sebagai sarana yang efektif untuk mengumpulkan informasi skala lokal. Sedangkan bagi
petani atau pengguna, manfaat penggunaan EI-net antara lain: (1) dapat menerima
bimbingan taknik pengelolaan usahatani, (2) dapat memanfaatkan free software, (3) dapat
mengumpulkan dan memanfaatkan data cuaca dan (4) dapat berkomunikasi dengan petani
serta pengguna dan stakeholders lain secara cepat.
Sistem EI-net, selain dikembangkan dan dikelola dalam skala nasional namun juga
dikembangkan oleh masing-masing daerah/perfecture. Masing-masing perfecture memiliki
network system untuk penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan skala lokal. Sebagai
contoh adalah sistim diagnosis pertumbuhan padi yang telah dikembangkan oleh Fukui
Perfecture yang disajikan pada Gambar 5.
 

Pemanfaatan EI-net untuk aktivitas penyuluhan belum dapat dilakukan secara
optimal. Beberapa kendala dan persoalan yang sedang dan akan dihadapi antara lain: (1)
keterbatasan penguasaan teknik akses dan pengetahuan jaringan komputer baik bagi petani
dan pengguna maupun patugas penyuluhan. Pelatihan yang efektif nampaknya diperlukan
untuk mengatasi hal ini, (2) partsipasi aktif dari semua stakeholders dan pengelola EI-net
sangat penting, diperlukan upaya terus menerus untuk mengaktifkan pengelola EI-net, (3)
peningkatan sistim jaringan perlu dilakukan terus menerus, meskipun sudah ada
peningkatan yang signifikan dari 300 bps pada awalnya sampai 14400 bps, namun
kebutuhan akan high transmission rate juga meningkat sebagai contoh image untuk plant
disease dan plant growth membutuhkan akurasi yang lebih tinggi, (4), masih banyak
informasi yang belum bisa diakses oleh publik, (5) lingkungan dan perkembangan pertanian
berubah sangat cepat sehingga teknologi EI-net juga harus mampu menyesuaikan dengan
perubahan tersebut.

Sebagimana dilaporkan oleh Fukuda (2005), pemanfaatan teknologi penyuluhan
melalui EI-net dikalangan petani maupun pengguna yang lain terus mengalami peningkatan.Pada tahun 2005 tercatat sekitar 4.000 petani dari seluruh Jepang terlibat dan memanfaatkan
informasi melalui EI-net.Selain memanfaatkan EI-net, sistim layanan penyuluhan di Jepang juga
memanfaatkan berbagai teknologi informasi dan komunikasi modern serta masih memberi
ruang pada face to face approach. Menururt Shio (1997), secara substansial new media
communication era bagi masyarakat pedesaan Jepang dimulai sejak tahun 1986. Pemerintah
meluncurkan kebijakan sistim informasi terpadu untuk masyarakat pedesaan yang dikenal
dengan “Integrated Information Policy in Rural Area”. Tujuan dari kebijakan ini adalah
untuk membangun masyarakat yang dapat mengakses dan memanfaatkan informasi secara
optimal dan untuk mendorong pertukaran informasi dan komunikasi antara masyarakat
pedesaan dan masyarakat kota melalui jaringan komunikasi dan media baru. Kebijakan
tersebut ditandai dengan dukungan dan pengenalan multiple information system bagi
masyarakat pedesaan untuk mendukung usaha dan bisnis pertanian serta perbaikan ekonomi
rumah tangga masyarakat pedesaan.
 
Multiple communication system yang baru yang telah dikenalkan dan
dipromosikan di pedesaan Jepang antara lain: telephone, wireless information system, off-talk communication, FAX, CATV, personal computer communication, video tex, satellite
communication system, internet (EI-net), television telephone system.
Selain isu pemanaatan multiple media, kebijakan dan aktivitas penyuluhan juga
menghadapi berbagai isu yang terus berkembang. Saat ini bidang pertanian sedang
mengalami perubahan sangat cepat, hal ini juga terjadi dengan kondisi pertanian di Jepang.
Iwamoto (2008) memberikan ide bahwa arah baru yang mestinya dimainkan oleh
penyuluhan pertanian di Jepang paling tidak mencakup dua hal yaitu: (1) layanan
penyuluhan harus diarahkan pada aktivitas untuk menyediakan inovasi pertanian yang
semakin advance dan (2) petugas penyuluhan pertanian harus mampu memainkan peran
dalam mengkoordinasi unsur pertanian di daerah agar dapat menjalin kerjasama dengan
pihak-pihak atau otoritas terkait. Persoalan atau isu yang perlu diangkat dalam penyuluhan
pertanian dan pedesaan antara lain: (1) mendorong pelestarian lingkungan dan friendly
farming, (2) menekankan isu food safety, (3) mendukung berbagai tipe petani untuk terus
meningkatkan kemampuan teknis dan (4) mendorong dan melakukan aktivitas untuk
mendidik generasi muda, anak sekolah dan warga masyarakat agar memiliki pemahaman
yang lebih baik tentang isu dan peran pangan serta pertanian.
Satu hal vital terkait dengan penyuluhan yang juga perlu mendapatkan fokus
perhatian dari pemerintah baik pusat maupun daerah dalam memberikan layanan
penyuluhan adalah menumbuhkan dan membangun kolaborasi antara lembaga pemerintah
(penyuluhan dan penelitian), pihak swasta dan universitas. Kolaborasi yang terpadu antar
lembaga-lembaga tersebut di Jepang selama ini belum dilakukan dengan optimal sehingga
masih terbuka luas peluang untuk memperoleh manfaat dari kemajuan aktivitas tersebut.
 
Penutup
Beberapa catatan akhir dari gambaran umum tentang sistim layanan penyuluhan
pertanian dan pedesaan di Jepang antara lain: (1) peran pertanian dan penyuluhan pertanian
masih sangat strategis meskipun bagi negara maju/industri apalagi bagi negara berkembang
sehingga pertanian dan sistim penyuluhannya perlu mendapat perhatian dan dukungan yang
signifikan, (2) partnership dan sinkronisasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam
penyelenggaraan penyuluhan pertanian sangat penting baik dalam perumusan kebijakan,
staf personil maupun pendanaan, (3) kolaborasi antara lembaga peyuluhan, lembaga
penelitian, swasta, universitas dan stakeholders lain menentukan tingkat keberhasilan
penyuluhan, (4) kualifikasi penyuluh baik spesialis maupun petugas lapangan berperan penting dalam merancang dan memperlancar proses transfer inovasi serta peningkatan home
life bagi petani dan masyarakat pedesaan, (5) isu pembangunan pertanian sangat sulit
dipisahkan dari isu peningkatan kualitas hidup petani dan masyarakat pedesaan, hal ini
berimplikasi dalam penyelenggaraan penyuluhan perlu mempertimbangkan model
integrated team approach yang dapat bekerja bersama secara simultan, dan (6) agar dapat
memberikan manfaat yang optimal bagi pengguna, kebijakan dan aktivitas penyuluhan
pertanian dan pedesaan harus terus menerus menyesuaikan dengan perubahan global yang
terus berlangsung.

Oleh :
Subejo
Ph.D Student pada Dept. of Agricultural and Resource Economics, The University of Tokyo Japan
dan Staf Pengajar PS. PKP Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta,
e-mail: subejo@lycos.com; http://subejo.staff.ugm.ac.id/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar