Pesan-Pesan

Minggu, 23 Maret 2014

BUDAYA KACANG TANAH (Lengkap)

 

 BUDAYA KACANG TANAH


Untuk meningkatkan produksi kacang tanah maka perlu dilakukan teknis budidaya kacang tanah yang baik.
1.Penyiapan lahan.
a.Pengolahan tanah
Tanah Tegalan. Tanah dibajak sedalam 25 – 30 cm, kemudian dicangkul tipis-tipis agar tanah menjadi gembur dan rata dan duatkan bedengan atau parit sedalam 30 cm.  Diberikan pupuk kandang sebanyak 2 ton/ ha
Tanah sawah. Pertama dilakukan pengeringan air, kemudian dibajak sedalam 25 – 30 cm.  Dibiarkan selama seminggu, setelah itu tanah dihaluskan dan diratakan. Diberikan pupuk kandang sebanyak 5 ton/ ha, dan didiamkan lagi selama 1 minggu. Dibuat bedengan atau parit sedalam 40 cm.
b. Pengapuran tanah.  Dilakukan pada tanah pH kurang dari 6, dengan menggunakan kapur tohor atau sirih, atau kapur tembok (kalsit/ dolomit) sebanyak 300 kg/ha.
2.Penyediaan Benih.
Benih harus memiliki kualitas yang tinggi dan memberikan hasil panen yang tinggi, contoh varietas benih yang sudah dilepas oleh Puslitbang Tanaman Pangan  :
Varietas Panther,  Tahan terhadap kering dan penyakit layu, karat daun, bercak daun. Potensi hasil 2,6 Ton/Ha biji bersih.  Umur : 90 – 95 hari
Varietas singa.  Tahan terhadap penyakit layu, bercak daun, karat daun. Potensi hasil 2,6 Ton/Ha biji bersih.  Umur : 90 – 95 hari
Varietas Jerapah.  Tahan terhadap penyakit layu, bercak daun, karat daun.  Dapat ditanam di lahan masam, Potensi hasil 1,92 Ton/Ha biji bersih.  Umur : 90 – 95 hari
Varietas Bima (var lokal dari Bima NTB)  Agak tahan terhadap penyakit layu, tidak tahan penyakit bercak daun, karat daun. Potensi hasil 1,7 Ton/Ha biji bersih.  Umur :  90 – 95 hari
Varietas Turangga. Tahan terhadap penyakit layu, agak tahan  penyakit bercak daun, karat daun dan aspergillus plafus. Tanaman toleran kekeringan dan nauangan. Potensi hasil 2 Ton/Ha biji bersih.  Umur : 90 – 95 hari.
Varietas Kancil, tahan terhadap layu dan agak tahan terhadap penyakit karat daun, bercak daun, aspergillus plafus. Potensi hasil 1,3 – 2,4 Ton/Ha biji bersih.  Umur  90–95hari.
Varietas Gajah, macan, banteng, kidang. Potensi hasil 1,7 Ton/Ha biji bersih.  Umur : 95–100 hari.
Varietas Tapir, Tupai, Pelanduk, Rusa Anoa. Potensi hasil 2,5 Ton/Ha biji bersih.  Umur : 95 – 105 hari.
Varietas Biawak, Komodo. Potensi hasil 3,3 Ton/Ha biji bersih.  Umur : 95 – 105 hari
Varietas Kelinci, Zebra, Trenggiling. Potensi hasil 3, 3,5 dan 2,5  Ton/Ha biji bersih.  Umur : 95 – 105 hari
3. Penanaman benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Sebelum ditanam tanah diairi lebih dahulu.  Pada saat penanaman ditambah pestisida Marshal 25 ST atau carbofuran.
4. Penyulaman
Penyulaman dilakukan setelah 7 hari tanam.
5. Pengairan
Pengairan dibutuhkan pada saat vegetatif dan pembentukkan polong.  Untuk pertumbuhan optimal dibutuhkan pada saat umur 0 – 56 HST.  Periode pengisian polong selama 40 hari setelah itu setiap 2 hari hingga panen.  Saat berbunga adalah saat yang rentan terhadap ketersediaan air.  Pemberian air tidak menggenang tetapi cukup mencapai kapasitas lapang.  Penyiraman dapat dilakukan dengan sistem Leb atau penggenangan, sistem Irigasi tetes, Sistem Curah dan siram dengan gembor
6. Pemupukan
Pupuk yang dibutuhkan untuk tanah sawah/ regosol : Urea 75 Kg, SP-36 62,5 Kg dan KCl 50 Kg,  Kacang tanah memerlukan pupuk phospat untuk merangsang pertumbuhan akar, penggandaan bakteri Rizobium, meningkatkan kemampuan tanaman dari deraan kekerin gan, untuk pembentukan biji. Waktu pemupukan :
SP-36 dan KCl diberikan pada saat pemupukan pertama  saat pengolahan tanah/ saat tanam
Urea diberikan 1/3 bagian pada sat tanam dan 2/3 diberikan pada saat umur 30 hari
7.  Penyiangan, Pendangiran, Pembumbunan.
Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma atau rumput di sekitar tanaman.
Pendangiran dilakukan pasa saat tanaman berumur 3 dan 5 minggu tujuannya untuk memudahkan Gynofore untuk menembus masuk ke dalam tanah, sehingga pertumbuhan polong dapat sempurna, untuk perkembangan akar dan aerasi
Pembumbunan dilakukan dengan cara mengumpulkan tanah di sekitar tanaman kemudian dibentuk gundukkan, sehingga drainase menjadi baik, memperkuat tanaman, memelihara struktur tanah tetap gembur, meningkatkan jumlah polong.  Pembumbunan dilakukan saat tanaman berumur 60 – 70 hari.
8. Pengendalian Hama Penyakit
Hama yang paling sering meyerang Kacang tanah adalah : ulat tanah, wereng daun, Ulat jengkat, Ulat penggerek daun, Ulat grayak, Tungau tetranicus, Guren atau trips, Ulat penggerek polong, Kutu Daun, Lalat putih, ulat penggulung daun, Tikus dan kumbang daun..  Dapat dicegah dengan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang.
Penyakit kacang tanah : Bercak daun, Karat daun, Penyakit layu, Virus belang, Sapu setan, Penyakit Fisiologis ( kekurangan zat hara tertentu).  Pencegahan bisa dilakukan dengan menanam varietas yang tahan terhadap penyakit-penyakit tersebt, Pergiliran tanaman dengan yang bukan inangnya, sanitasi, eradikasi dan memberantas kutu daun dengan penyemprotan.
9. Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan setelah tanaman memiliki ciri-ciri :
- Daun menguning dan berguguran
- Batang mengeras
- Polong berisi penuh dan keras
- Polong berwarna coklat kehitaman
- Kulit biji tipis, mengkilat, mudah dikupas
- Polong masak lebih dari 70%
Waktu panen dilakukan saat cuaca cerah.
Penanganan pasca panen :
- Pengumpulan hasil panen
- Pemipilan polong
- Penjemuran polong
- Pembersihan polong
- Sortasi
- Pengupasan polong
- Penyimpanan
- Pemasaran
BUDIDAYA KACANG TANAH
I.                    PENDAHULUAN
Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.
PT. NASA berusaha berperan meningkatkan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan ( Aspek K - 3 ).
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.
c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
d.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
2.2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
b. pH antara 6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah.
2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.
3.1.2. Penyiapan Benih
Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan dan Pembukaan lahan
Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit.
3.2.2. Pembentukan Bedengan
Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang menyesuaikan, ketebalan bedengan 20-30 cm. Diantara bedengan dibuatkan parit.
3.2.3. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran dengan dosis + 1 - 2,5 ton/ha selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.
3.2.4. Pemberian Natural GLIO
Untuk mencegah terjadinya serangan jamur berikan Natural GLIO. Pengembangbiakan Natural GLIO dengan cara: 1-2 sachet Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari + 1 minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik) . Pemberian Natural GLIO pada sore hari.
3.2.5. Pemberian Pupuk Makro dan SUPER NASA
Jenis dan dosis pupuk setiap hektar adalah:
a. Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai rekomendasi setempat.
c. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc) diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA.
Adapun cara penggunaan SUPER NASA sbb :
alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram + 10 meter bedengan.
Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola tanam memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm.
3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.
3.3.3. Perendaman Benih dengan POC NASA
Pilih benih yang baik dan agar benih dapat berkecambah dengan cepat dan serempak, benih direndam dalam larutan POC NASA (1-2 cc/liter air) selama + 0,5 1 jam.
3.3.4. Cara Penanaman
Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II).
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).
3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan polong.
Pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan, bertujuan untuk menutup bagian perakaran.
3.4.3. Pemberian POC NASA dan HORMONIK
Penyemprotan POC NASA dilakukan 2 minggu sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan.
3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau dapat diberikan mulsa (jerami dan lain-lain). Saat berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.
3.4.6. Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.
3.5.2. Penyakit
a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”
Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.
b. Penyakit sapu setan
Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural BVR.
c. Penyakit Bercak Daun
Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d. Penyakit Gapong
Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
e. Penyakit Sclerotium
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
f. Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
3.6. Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.


Beberapa hama dan penyakit yang dapat menyerang kacang tanah adalah[2]:
  • Penyakit layu
Penyakit layu disebabkan oleh bakteriXanthomonas Solanacearum. Pada siang hari waktu sinar matahari terik tanaman sekonyong-konyong terkulai seperti disimm air panas, tanaman langsung mati. Cara pengendalian dengan pergiliran tanaman, penyemprotan Streptomycinatau Agrimycin, 1 ha membutuhkan 0,5-1 liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400 liter/ha.[4]
  • Penyakit bercak daun
Penyakit Bercak daun disebabkan oleh fungusCercospora personata. Bercak yang ditimbulkan pada daun sebelah atas coklat sedangkan sebelah bawah daun hitam. Ditengah bercak daun kadang-kadang terdapat bintik hitam dari konidiospora. Cendawan ini timbul pada tanaman umur 40 -50 hari hingga 70 hari. Cendawan ini dapat dikendalikan dengan Antmkol atau Dakonil,penyemprotan dilakukan pada tanaman selesai berbunga, dengan intervalpenyemprotan 1 mingguatau 10 harisekali.[4]
  • Penyakit Sclerotium
Penyakit ini disebabkan oleh Sclerotium rolfsii, merusak tanaman pada waktu cuacalembap. Cendawan menyerang pada pangkal batang, bagian dari tanaman yang lunak, menimbulkan bercak-bercak hitam. Tanaman yang terserang akan layudan mati. Pengendalian : dengan memperbaiki pengairan, agar air pengairan dapat mengalir.
  • Penyakit karat
Penyakit ini disebabkan oleh Uromyces arachidae, menyerang tanaman yang masih muda menyebabkan daun berbintik-bintik coklat daun menjadi mengering. Pengendaliannya dengan menanam varietas yang tahan.
  • Kontaminasi aflatoksin
Kacang tanah yang mengalami kontaminasi oleh kapang Aspergillus flavusdapat menghasilkan aflatoksin.[5]Aflatoksin, terutama B1 diketahui sangat karsinogenik, toksik, hepatotoksin, dan mutagenikpada manusia, mamalia, dan unggas.[5]Pada kacang tanah, B1 ditemukan pada polong segar, polong, kering, biji, dan produk olahan.[5]Untuk mencegah infeksi dapat dilakukan dengan perbaikan budidaya, terutama pengairan pada periode kritis, pengeringan pasca panen, pemenuhan kebutuhan gizi, dan pengendalian penyakit daun.[5]
  • Hama Empoasca.
Hama yang penting bagi tanaman kacang tanah adalah hama Empoasca. Hama ini tidak terlalu merugikan bagi tanaman kacang tanah. Cara pengendaliannya dengan insektisidayang tersedia.
  • Hama Uret.
Hama yang memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman layu dan mati. Cara pengendaliannya dengan menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman terserang dicabut dan uret dimusnahkan.
  • Hama Ulat berwarna
Hama yang merusak daun menjadi terlipat menguning, akhirnya mengering. Cara pengendalian dengan penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S atau Sevin 5 D.
  • Hama Ulat grapyak
Hama yang memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Cara pengendaliannya (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C.
  • Hama Ulat jengkal
Hama yang menyerang daun kacang tanah.Cara pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida Basudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S.
  • Hama Sikada
Hama yang menghisap cairan daun. Cara pengendaliannya (1) penanaman serempak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate 25 WP, Lebaycid 500 EC, Sevin 5D, Sevin 85 S, Supraciden 40 EC.
  • Hama Kumbang daun
Hama yang memakan daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Cara pengendaliannya (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan Agnotion 50 EC, Azodrin 15 W5C, Diazeno 60 EC.

Sumber :  http://epetani.pertanian.go.id/pengaduan/budaya-kacang-tanah-5514

Deskripsi Kacang Tanah Varietas Kancil

 
 
 
Deskripsi Kacang Tanah Varietas Kancil
Nama Varietas
:
Kancil
Kategori
:
Varietas unggul nasional (released variety)
SK
:
61/Kpts/TP.240/1/2001 tanggal 12 Januari tahun 2001
Tahun
:
2001
Tetua
:
Introduksi dari ICRISAT, India (persilangan antara F334A-B-14 dan NC Ac 2214)
Rataan Hasil
:
1.3-2.4 ton/ha
Potensi Hasil
:
1.7 ton/ha
Pemulia
:
Joko Purnomo, Novita Nugrahaeni, Astanto Kasno, Harry Prasetyono, Abdul Munip, Peneliti Fitopatologis : Sumartini
Nomor induk
:
MLG 7908
Nama galur
:
GH 86031
Umur berbunga
:
26-28 hari
Umur panen
:
90-95 hari
Tipe tumbuh
:
Tegak
Rata-rata tinggi tanaman
:
54.9 cm
Bentuk batang
:
Tipe spanish
Warna batang
:
Hijau keunguan
Warna daun
:
Hijau
Warna bunga
:
Kuning
Warna ginofor
:
Ungu
Bentuk polong
:
Berpinggang, berparuh kecil dan kulit polong agak kasar
Bentuk dan warna biji
:
Bulat, warna biji ros
Jumlah biji per polong
:
2 atau 1
Jumlah polong per tanaman
:
15-20
Bobot 100 biji
:
35-40 gram
Kadar protein
:
29.9%
Kadar lemak
:
50.0%
Ketahanan terhadap penyakit
:
Tahan penyakit layu, toleran terhadap penyakit karat dan bercak daun, tahan A.flavus
Sifat khusus
:
Toleran terhadap klorosis
Benih Penjenis (BS)
:
Dirawat dan diperbanyak oleh Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian





Sumber : puslittan, Bogor

Minggu, 09 Maret 2014

PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)

PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) adalah :
  • Sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman.
  • Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman.
  • Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat menguntungkan.
  • Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya.
Fungsi PGPR bagi tanaman yaitu
  • Mmampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta mampu mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga.
  • Selain itu PGPR juga meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga.
  • PGPR juga bisa memproduksi hormon tanaman, menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan serta mengontrol hama dan penyakit tumbuhan.
CARA PEMBUATAN PGPR
ALAT DAN BAHAN:
  • 100 gr akar bambu
  • 400 gr gula pasir
  • 200 gr trasi
  • 1 kg dedak halus
  • 10 lt air
  • Penyedap rasa secukupnya
CARA MEMBUAT:
  • Rendam akar bambu dalam air matang dingin 2-4 hari
  • Rebus bahan 2 s/d 6 sampai memdidih selama 20 menit
  • Setelah dingin masukkan semua bahan kedalam jerigen dan tutup rapat
  • Buka dan kocok-kocok sehari sekali
  • Setelah 15 hari PGPR siap digunakan
CARA MENGGUNAKAN:
  • Saring PGPR
  • Campurkan 1 lt PGPR ke dalam air 1 tangki
  • Semprotkan PGPR tersebut ke lahan yang belum ditanami
  • Ulangi penyemprotan setiap 20 hari sekali
Comments

Prospek Agribisnis 2014, Peluang Komoditas Ekspor dan Substitusi Impor






Tahun 2014 hanya satu tahun, dalam ekonomi itu hanya short run. Jangka waktu satu tahun itu hanya semusim untuk komoditas tertentu dan dua musim untuk komoditas lainnya. Artinya kita tak akan melihat perubahan teknologi yang terlalu signifikan, juga tak  akan ada perubahan besar pada luasan lahan, tambahan kapital, dan tenaga kerja,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
Bagaimana memprediksi prospek agribisnis 2014?
Ada baiknya kita lihat secara global dan nasional, baru di tingkat agribisnis. Secara global masih berada pada ekor krisis global yang dimulai di Amerika Serikat pada 2008. Lalu berimbas ke Eropa, meluas ke China, India, dan negara dunia ketiga termasuk Indonesia. Selama 5 tahun ini dampak krisis global di dalam negeri ada tapi tak terlalu signifikan. Boleh dikatakan tak sampai merusak perekonomian tapi hanya membuat penyok. Krisis hanya mengubah pertumbuhan ekonomi kita dari 6% plus ke 5% plus. Kita bersyukur negara kita sudah begitu tangguh menghadapi keadaan itu.
Di level nasional, populasi tetap tumbuh 1,5% atau bertambah 3,6  juta jiwa. Pertambahan penduduk ini dari sisi agribisnis adalah potential market. Ini memberi dampak positif pada agribisnis. Pertumbuhan ekonomi masih di atas 5% berarti ada peningkatan pendapatan yang berdampak naiknya permintaan komoditas agribisnis.
Tahun depan juga ada hajatan besar, pemilihan legislatif dan presiden. Hipotesa saya, pencairan bujet pemerintah akan lebih cepat untuk membiayai hajat besar itu. Barangkali belanja pemerintah hanya naik sebesar rata-rata seperti biasanya, tapi pencairan makin cepat. Selain itu, pembelanjaan dari parpol, caleg, dan capres juga meningkat sehingga konsumsi naik. Ini satu faktor penambah demand yang beda dari tahun-tahun sebelumnya atas produk-produk agribisnis.
Jadi ada pemicu dalam negeri yang membuat pertumbuhan permintaan produk agribisnis. Pertanyaannya, jika konsumsi produk agribisnis dalam negeri bertumbuh karena pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan, serta hajatan pileg dan pilpres, siapa akan mengisinya? Ingat, kita sudah menganut ekonomi terbuka, kebutuhan itu akan diisi agribisnis dalam negeri atau impor. Ini banyak tergantung kebijakan pemerintah.
Kebijakan yang mana?
Terutama kebijakan perdagangan dan keuangan, khususnya exchange rate (nilai tukar). Perkiraan saya, nilai tukar kita pada 2014 berkisar Rp 11.000 – Rp12.000 per US$, naik lebih dari 20% dibandingkan 2012. Perubahan ini tak hanya berdampak pada agribisnis, tapi juga ke non-agribisnis. Dan memang perubahan nilai tukar itu dampak kebijakan masa lalu. Kebijakan BI dari dulu cenderung bias membuat nilai tukar rupiah yang secara artifisial tinggi dibandingkan mata uang asing mitra dagang kita. Kebijakan ini untuk membantu sektor industri yang membutuhkan itu. Kini sedang terjadi koreksi pasar terhadap bias tadi.
Jadi dengan perubahan dari Rp8.500 jadi Rp11.000 – Rp12.000 per US$ akan terjadi realignment (penyesuaian kembali) dari komposisi impor dan ekspor, termasuk di bidang agribisnis. Kita juga perlu penyesuaian kembali pada impor energi. Pertanyaan kita, apakah pada 2014 pemerintah mulai lebih serius melaksanakan, bukan hanya memikirkan, pengembangan energi terbarukan? Tuntutan itu makin lama akan makin kuat dan jika tak dilaksanakan akan lebih menyulitkan perekonomian kita. Ini merupakan salah satu indikator bahwa biodiesel dan bioetanol akan lebih prospektif pada 2014 dan masa akan datang.
Jadi faktor apa paling berpengaruh?
Yang paling mempengaruhi agribisnis pada masa mendatang adalah perubahan nilai tukar rupiah. Sebenarnya beberapa tahun belakangan ini agribisnis sudah dirugikan dengan kebijakan nilai tukar rupiah yang artifisial kuat. Dengan kebijakan itu desakan impor akan makin menguat dan tak mengherankan jika beberapa tahun belakangan ini kita dibanjiri produk pangan impor. Agribisnis dalam negeri jadi korban kebijakan yang bias melalui nilai tukar rupiah yang artifisial kuat untuk membantu sektor non-agribisnis. 
Dalam kaitan dengan nilai tukar mata uang ini, agribisnis bisa kita kelompokkan menjadi:  agribisnis pengekspor, agribisnis pengimpor, agribisnis yang kadang-kadang mengimpor dan mengekspor. Dengan nilai tukar rupiah melemah ini kita masuk agribisnis pengekspor yang sebagian besar produsen akan mendapat ‘durian runtuh’, terutama produk orientasi ekspor, seperti sawit, karet, kakao, kopi, dan teh. Kebalikannya terjadi pada komoditas impor, seperti beras, jagung, kedelai, gula, garam, dan sapi akan berkurang. Itu artinya bila impor berkurang dan harga naik, maka produksi dalam negeri akan meningkat. Dan secara umum harga produk agribisnis cenderung meningkat di masa akan datang.
Jadi agribisnis pada 2014 akan memberi kesempatan bagi komoditas ekspor dan substitusi impor. Tergantung pada pelaku agribisnis, petani dan pengusaha, memanfaatkannya. Kita berharap pemerintah tak membuat kebijakan yang bertentangan dengan prospek yang lebih baik buat agribisnis yang sudah lama menderita.