Pesan-Pesan

Selasa, 09 Desember 2014

Teknik budidaya kedelai di agroekologi lahan kering


Agroekologi lahan kering dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu lahan kering tidak masam dan lahan kering masam. Pola tanam di lahan kering diantaranya adalah : (1) kedelai – kedelai – bera, (2) padi gogo – kedelai, (3) jagung – kedelai – tembakau, (4) kedelai- kedelai – kacang-kacangan lain. Pada budidaya kedelai pertanaman masa musim hujan pertama (MH I) yang jatuh pada Oktober – Januari, dianjurkan menggunakan varietas umur sedang, dan pertanaman pada musim marengan (MH II) yang jatuh pada Februari – Mei dapat dipilih varietas umur sedang atau genjah. Teknik budidaya kedelai pada lahan kering adalah sebagai berikut :
  1. Lahan disiapkan dengan pengolahan tanah sampai gembur menjelang musim hujan, yakni dengan dibajak 1 – 2 kali, kemudian digaru 1 kali dan diratakan.
  2. Pembuatan saluran drainase dengan jarak antar saluran 3 – 5 m, berukuran lebar 30 cm dan kedalaman 25 cm. Tanah bertekstur halus (tanah berat) dan lahan yang bertopografi datar, jarak antar saluran dapat diperapat menjadi 2 – 3 m.
  3. Varietas yang dianjurkan :
    (a) Pada lahan kering masam dapat menggunakan varietas Anjasmoro, Rajabasa, Slamet, Tanggamus, Nanti, Sibayak, Ratai, dan Sinabung baik untuk pertanaman MH I maupun MH II,
    (b) Pada lahan kering tidak masam dapat menggunakan varietas Anjasmoro, Baluran, Argopuro, Gumitir, Detam 1, Detam 2, Wilis, Kaba, Sinabung, Arjasari, dan Malika untuk pertanaman MH I, atau varietas Argomulyo, Burangrang, Baluran, Malabar, dan Ijen untuk pertanaman MH II.
  4. Penggunaan benih berkualitas dan bersertifikat dengan total kebutuhan benih antara 40 – 6- kg/ha.
  5. Perlakuan benih dengan carbosulfan (10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Regent/kg benih) untuk mengendalikan lalat bibit dan hama lain.
  6. Perlakuan benih dengan pupuk hayati sumber rhizobium (20 g sumber rhizobium/kg benih) bagi lahan yang sebelumnya tidak pernah ditanami kedelai.
  7. Populasi tanaman 350.000 – 500.000 per hektar, dengan pengaturan jarak tanam berturut-turut 40 x 15 cm (tanah yang subur dan cukup air) dan 40 x 10 cm (tanah kurang subur dan air terbatas), dan ditanam dua tanaman per lubang.
  8. Pada lahan kering masam perlu digunakan amelioran.
  9. Pemupukan di lahan kering tidak masam menggunakan dosis 25 – 75 kg Urea/ha, 25 – 100 kg SP36/ha dan 50 – 100 kg KCl/ha. Sedangkan di lahan kering masam menggunakan dosis pemupukan 25 – 75 kg Urea/ha, 25 – 150 kg SP36/ha dan 25 – 100 kg KCl/ha. Dosis diberikan seluruhnya pada saat tanam.
  10. Pengairan dilakukan selama fase awal pertumbuhan, saat berbunga dan saat pengisian polong.
  11. Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan sesuai kondisi di lapangan.
  12. Tanaman dapat dipanen jika daun sudah rontok atau 95% polong sudah berwarna kuning kecoklatan sampai coklat kehitaman. Pemanenan dilakukan dengan cara disabit atau dicabut. Pembijian dilakukan dengan sistem geblok menggunakan pemukul kayu atau secara mekanis menggunakan mesin perontok.
Sumber : Panduan Teknis Budidaya Kedelai di Berbagai Agroekosistem. Diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian